Rabu, 14 Oktober 2015

DARI BALIK JENDELA



“ada yang bisa saya bantu nona ?” sapa sang pelayan ramah menyambut kedatangan ku
“saya sedang mencari  Wuthering Heights nya Emily Bronte cetakan 2011. Ada ?”
“akan saya carikan, mohon tunggu sebentar.” Sang pelayan pun berlalu meninggalkanku.


kembali kutelusuri lorong-lorong toko buku mungil ini. Tak ku biarkan pandanganku lepas dari buku-buku yang tersusun rapi dalam rak, seakan aku bisa mendengar teriakan-teriakan mereka yang memanggil namaku memohon untuk segera menggapai dan membuka tiap-tiap lembarannya. Ah, aku makin bisa gila jika berlama-lama disini.


“maaf nona, buku yang anda cari sudah tidak di terbitkan lagi. Mungkin anda bisa mendapatkannya di toko buku-buku bekas yang ada diujung  seberang  jalan ini” tiba-tiba suara pelayan  mengagetkanku yang sedak asik berseluncur dengan hayalan-hayalan fantasi ku.
“Oh,Baik lah terimakasih”   Dengan wajah kecewa ku langkahkan kaki  keluar dari toko buku mungil ini.

Ku hembuska nafas panjang “ huuuuh.” “ harus mencari kemana lagi, ini sudah toko buku terakhir yang aku kunjungi” . ku dongakkan kepalaku keatas, kutatap langit biru yang dihiasi awan-awan kecil dengan bongkahan matahari yang bersinar terik membakar kulit tiap-tiap insan yang berada dalam radar pancaranya.

“aw!” pekikku secara tiba-tiba. Kurasakan tubuhku terhempas beberapa kaki dari tempat berdiriku semula. Ada sesuatu yang besar yang menghujamku dari arah belakang. Entah apa yang jelas itu sangat menyakitkan.
“maaf nona, saya tidak bermaksud menabrak anda. Saya sedang terburu-buru. Saya tidak menyadari keberadaan anda disini”

ku putar arah tubuhku menghadap sumber suara itu.
Deg. Seketika waktu terasa berhenti. Jantungku pun terasa ikut berhenti. siapa dia ? malaikat kah ? kenapa wajahnya begitu rupawan ? bersinar.

“nona, anda tidak papa ?”  di kibas-kibaskan tangannya di depan wajahku.
Aku tersadar.

“oh, maaf. Ah, iya saya baik-baik saja” lidahku seketika kelu, mengapa ? apa yang terjadi ? mengapa aku begini ?
“syukurlah. Sekali lagi saya minta maaf nona,” sapanya sembari membungkukkan badannya. Dan berlalu.

Dia berlalu melewatiku. Berjalan dengan langkah yang terburu-buru. Dengan ransel dipunggungnya dan sebuah kamera tergantung dilehernya.

Mungkin dia seorang jurnalis atau photograper yang sedang berburu moment-moment terbaru untuk di abadikan. Tapi dimataku dia tetep menduduki posisi malaikat. Malaikat yang aku yakin tuhan kirimkan untukku. Yah begitulah kira-kira inginku.

Sudah seminggu sejak pertemuan ku dengannya didepan toko buku mungil itu.
Dan sejak itu pula hari-hariku menjadi terasa berbeda. Wajah rupawannya selalu menyapaku di setiap saat. Entah sudah berapa lembar klise wajahnya yang sudah aku gambar. Yah, inilah kegiatan sehari-hariku sekarang.
Ah. Andai aku bisa bertemu lagi dengannya.

Waktu menunjukkan pukul 15.00 wib.
Aku bangkit dari kursi kerjaku. Melangkahkan kaki dengan gontai menuju dapur. Perutku terasa perih. Mungkin cacing-cacing dalam perutku sudah meronta meminta jatah yang seharusnya sudah iya dapatkatkan sejak 7 jam yang lalu. Kubuka pintu lemari es dengan perlahan.
Shit!
Persediaan makananku sudah habis. Hanya tersisa sebotol air mineral dan sepotong ayam kecil yang itupun sudah entah dari jaman kapan aku membelinya.
Dengan malas ku ambil sweter dan dompet di atas meja kerja.Namun ketika hendak melangkah aku terkejut, tidak percaya dengan apa yang ku saksikan sekarang.  Tamparan-tamparan kecil ku daratkan dipipiku. Hanya sekedar ingin membuktikan bahwa yang kulihat bukanlah mimpi, ini nyata. Sungguh!

Tak sedetikpun tatapanku kulepas dari balik jendela. Tubuhku mematung. Tak berniat sedikitpun untuk kugerakkan.
Malaikatku.
Ternyata disitu rupanya kau tinggal. di apartemen sebelah di lantai yang sama denganku. Kamarku dan kamurmu berhadapan . takdirkah ini ?

Sekarang Dari balik jendela ini aku bisa melihatmu setiap hari. Setiap kau membuka tirai jendela membuatku leluasa mengamatimu. Melihat keseharianmu. Dan kegiatan-kegiatan yang bahkan orang lain tidak tau.


Sudah hampir setahun aku meneropong mu. Mengikuti perkembangan hidupmu. Hingga sudah terekam jelas di otak ku jadwal-jadwal sehari-harimu.

Aku selalu melihatmu disini. Memandangmu secara sembunyi. Jarak menjadi pembatas di antara kita. Kau yang cerianya berbincang di sana dan aku yang selalu bahagia, tersenyum melihat tingkahmu disini.
Sadarkah kau ada sepasang mata yang selalu memerhatikankmu. Melihatmu dalam sembunyi. Selalu mengagumimu dalam hati.

Jendela ini adalah saksi. Ruangan ini adalah sahabatku. Tempat aku berbagi segala perasaanku padamu. Jika ada pengadilan yang mempertanyakan perasaanku. Mereka dengan setia akan bungkam dari bermacam pertanyaan. Karena mereka tau, perasaan ini akan jauh lebih istimewa bila kau tidak mengetahuinya. Aku mengagumimu mungkin tanpa bisa memilikimu.

Aku selalu ingin memelukmu dan menemanimu ketika kau harus bertempur dengan tugas-tugasmu dari balik layar komputermu. Kau terlihat sangat kelelahan.
Aku ingin menyambut pagimu dengan kopi hangat dan roti bakar kesukaanmu. Aku tak tega melihatmu harus menyiapkannya seorang diri ditengah kesibukanmu.
Aku ingin menyanyikan lagu penghantar tidur dimalam mu agar kau bisa tidur dengan nyenyak tanpa memperdulikan tugas yang mebuntutimu setiap hari.

Pada jendela ini, entah berapa ratus kali aku memandangmu dan bermain-main dalam ilusiku. Membayangkan yang berbincang-bincang dan bercanda itu adalah aku. Betapa bahagianya. Namun aku pengecut, hanya mampu memandangmu di balik kaca ini.

Dan lagi, Dari balik jendela Aku melihatmu hari ini. Indah seperti biasa. Mengenakan kemeja biru dan jins hitam yang menjadi warna faforitmu.

Tiga tahun berlalu, malaikatku. Kau tetap satu-satunya lelaki yang membuatku sabar dan tetap menunggu. Menunggu kau melihat keberadaanku

Mereka bilang mustahil. Barangkali ada benarnya.

Tapi bukankah Tuhan adalah tempat bagi semua kemustahilan ?
Maka dalam diam harapan kujahit. Suatu hari aku akan di sisimu, saat matahari terbit.

Aku tidak menyalahkan jika tak ada yang percaya bagaimana aku sebagai wanita yang memiliki kebutuhan bisa tetap sendiri dan tidak tergoda macam-macam.

Kesalahan mereka adalah mengira aku sendiri. Mereka tidak memahami wajahmu yang menyapaku setiap pagi di komputerku. Mereka tidak melihat fotomu yang terselip di dompetku, meski lusuh dan berukuran sangat kecil.Maafkan aku mengambilnya tanpa meminta. Mereka juga tidak tahu sosokmu yang terlukis di dalam hati dan tak pernah pudar, meski bertahu-tahun telah berlalu.

Dari jauh kulihat engkau bahagia dengan kehidupanmu. Itu membuatku senang, meski di satu sisi menorehkan luka.

Untunglah,
Pada malam-malam, engkau milikku.
Meski dalam mimpi yang kata orang semu.


Karna pada dunia nyata. Kau milik mereka. Milik orang-orang disekitarmu yang juga memperdulikanmu.

Dan...
Hari ini adalah hari pernikahanmu. Hari bahagiamu. Hari yang kau tunggu-tunggu semasa hidupmu.
aku terut bahagia,


Kau terlihat tampan dengan jas abu-abu itu. Wanitamu juga terlihat begitu cantik dibalut gaun putih hasil desainmu sendiri. Betapa beruntungnya dia bisa bersanding denganmu dipelaminan itu.
Aku ingin hadir dipesta suka citamu. Tapi kau tak mengundangku. 
Mengundang ku ? Haha, Lucu. Kau bahkan tak mengenalku. 

Biarlah. Aku lebih senang memandangmu dari sini. Di tempat biasa. Di balik jendela.
Jangan khawatir. Aku takkan menangis. Justru akan ku berikan senyum termanis ku untuk mu.

Terimakasih Tuhan, kau telah hadirkan satu cinta yang abadi. Yang akan kunikmati sendiri. Dalam diam rasaku takkan pernah mati. Meski terkikis waktu dan usia. Bentuknya akan tetap sama,seperti pertama kali kita bertemu di depan toko buku mungil itu.

Selamat menempuh hidup baru
Dan aku akan tetap pada aktifitasku. Mengamatimu dari balik jendelaku ;”)

girl,grey,trees,waiting,white,window-17fdd13402d0e71ba0da3465da51170f_h.jpg (320×230)

"Kau pasti tahu sakitnya cinta yang tak terkatakan. Cinta yang hanya mampu didekap dalam bungkam."




5 komentar:

Unknown mengatakan...

"Jangan khawatir. Aku takkan menangis. Justru akan ku berikan senyum termanis ku untuk mu"
:") Nice!

Unknown mengatakan...

sebagian terinspirasi dari flower boy next door kah vie? hehehe
tapi sad ending... uma heh, masa seumur hidupnya, iinya kytu trus... mengamati lewat jendela...

Unknown mengatakan...

Aku belum nonton dramanya beb -.- huhuhu
Haaaahaa itulah cinta sejati. Kqkwkq

Unknown mengatakan...

Makasih sayang {}

Anonim mengatakan...

How to win at LuckyClub Casino - Lucky Club
To win big, players have to go all in. This is the perfect casino site for you to luckyclub.live make your first deposit and play on all your favorite slots.

Posting Komentar