Pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap posisi dan kondisi keuangan, sangat membutuhkan informasi keuangan
yang dapat diperoleh dari laporan keuangan. Informasi tersebut disusun dan
disajikan perusahaan dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
modal dan laporan arus kas. Informasi tersebut sangat diperlukan oleh
pihak-pihak yang go public dalam persiapannya untuk melakukan penawaran umum
karena salah satu syarat perusahaan yang go public adalah harus menyerahkan
laporan keuangannya selama dua tahun terakhir yang sudah diperiksa oleh akuntan
publik.
Laporan Keuangan adalah catatan
informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan
adalah bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
- Neraca
- Laporan Laba Rugi
- Laporan Perubahan Ekuitas.
- Laporan Perubahan Posisi Keuangan yang dapat disajikan berupa Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana
- Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan
Unsur yang berkaitan secara
langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva,kewajiban,dan ekuitas.
Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba
rugi dan penghasilan adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan
biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam
berbagai unsur neraca.
Berikut adalah data
dari PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk berupa Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) dan Laporan Laba Rugi 31 Desember 2012 dan 2013
.
- Laporan Laba Rugi PT Hanjaya Mandala
Sampoerna:
- Current Ratio(CR)
Current
Ratio merupakan rasio likuiditas. Current Ratio yaitu
kemampuan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rasio
ini paling sering digunakan untuk mengukur kemampuan membayar hutang jangka
pendek total, karena mununjukkan seberapa besar tuntutan kreditur jangka pendek
yang dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat menjadi kas dalam periode
yang hampir sama dengan masa jatuh tempo tuntutan tersebut (Murti, 2011).
Aktiva lancar yang dimaksud terdiri dari kas, surat
berharga, piutang dagang, dan persediaan sedangkan kewajiban lancar terdiri
dari utang dagang, wesel bayar jangka pendek ; utang jangka panjang yang akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terutang, dan
beban-beban lain yang terutang (terutama gaji dan upah).
Semakin tinggi current
ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek (Sartono, 2001). CR merupakan
perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. CR dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut : (Prastowo, 2011)
CR = Aktiva Lancar
Utang Lancar
Current ratio yang
rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas dan
sebaliknya jika perusahaan yang current
ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan
banyaknya dana yang menganggur pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba
perusahaan (Murti, 2011). Current
ratio yang tinggi bisa disebabkan oleh kondisi perdagangan yang
kurang baik atau manajemen yang yang bobrok. Dalam masa resesi pihak manajemen
mungkin enggan mengganti barangnya. Dengan demikian, persediaan barang dan
utang dagang ditekan sampai tingkat yang paling rendah, atau saldo piutang yang
terlalu besar karena adanya kebijakan kredit dan penagihan yang kurang efektif.
Pada PT Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai berikut :
Tahun 2012
:
Tahun 2013:
CR =
21.128.313.000.000
CR = 21.247.830 000.000
11.897.977.000.000
12.123.790.000.000
= 1,78 : 1 atau
178%
= 1,75 : 1 atau 175%
Berarti Kemampuan untuk membayar utang yang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancer. Setiap utang lancar Rp. 1,00 dijamin oleh aktiva
lancar Rp 1,78 pada tahun 2012 dan Rp 1,75 pada tahun 2013.
- Definisi Return on
Assets (ROA)
Return on
assets merupakan rasio profitabilitas. Return on assets juga
sering disebut sebagai Return
on Investment (ROI). Return
on Assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi
yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva)
yang dimilikinya dan dapat dibandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku
(Prastowo, 2011).
Return on
Assets (ROA) atau sering disebut Return on Investment (ROI).
ROI merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional
perusahaan (Sunardi, 2010). Dengan demikian, rasio ini membandingkan keuntungan
yang diperoleh dari sebuah kegiatan operasi perusahaan (net operating income) dengan
jumlah investasi atau aktiva (net
operating assets) yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
tersebut.
ROA dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
ROA= Keuntungan Neto sesudah pajak
Jumlah Aktiva
ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
bersih setelah pajak dan total asset yang digunakan untuk operasional
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin
efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak
(Stella, 2009). Hal ini akan menarik investor untuk memiliki saham perusahaan
tersebut.
Pada PT Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai berikut :
Tahun
2013:
Tahun 2012:
ROA =
10.807.957.000.000
ROA = 9.805.421.000.000
27.404.594.000.000
26.247.527.000.000
= 0,39 atau
39%
= 0,37 atau 37%
Artinya, perusahaan berada pada zona aman. Karena, menurut
surat ketetapan BINo.23/67/KEP/DIR nilai
batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah 1% maka perusahaan
berada di zona tidak aman.
- Definisi Debt to Equity
Ratio (DER)
Debt to Equiy
Ratio merupakan rasio solvabilitas atau financial leverage ratio yang
menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya (Prastowo, 2011). Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko
yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi
dan rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva.
DER merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki
perusahaan dengan total ekuitasnya. DER dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut :
DER = Total Utang
Total Modal Sendiri
DER yang terlalu tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga
semakin berat (Stella,2009). DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan
menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham, DER yang terlalu tinggi
mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang
semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan
mengurangi keuntungan (Hernendiastoro, 2005).
Pada PT Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai berikut :
Pada Tahun
2012:
Pada Tahun 2013
DER =
12.939.107.000.000
DER = 13.249.559.000.000
13.308.420.000.000
14.155.035.000.000
= 0,97 : 1 atau
97%
= 0,94 : 1 atau 94%
Artinya, Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Pada tahun 2012 Rp 97,00 dari setiap
rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang dan pada tahun 2013 Rp 94,00 dari
setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang.
Pada buku The
Investing Policy (TIP), penulis mengatakan bahwa batas
kewajaran utang suatu perusahaan adalah maksimal tiga kali dari modalnya, atau
DER-nya 300% dan dengan catatan utang-utang tersebut bukan merupakan utang
‘berbahaya’.
Sumber :