Jumat, 14 Oktober 2016

Ada Rindu di Kotabaru

Ada rindu di kotabaru
Dibawah rindangnya pohon waru
Ditepi siring berlautkan biru

ada harapku dan resahmu disitu
duduk menjuntaikan sepatu
bercerita tentang getirnya pilu

Ada tawa kita yang berseteru
Sisa bahagia malam sabtu
Saat kamu buat pipiku bersemu

Kotabaru,
Pulau nano-nanoku yang mulai berdebu
Tertutup remahan tentang kamu
Tentang masalalu

Bisakah aku menilik barang sedetik ?
Agaknya disitu ada sisa kenangan
Yang belum sempat
Aku petik

Selasa, 17 Mei 2016

Scorpio

Beberapa kali pernah pacaran sama scorpio, sedikit banyaknya jadi bisa ambil kesimpulan berdasarkan pengalaman dilapangan.
Menurut gue sih mau zodiak apapun ngga ngaruh, faktor lingkungan lah yang sebenernya berpangaruh penting. Kata gue sih gitu..

Okey balik lagi soal scorpio. Hmmm scorpio itu :
1. Setia
Sejatinya mereka setia, hanya saja jiwa kelelakiannya terlalu tinggi. Contact, temen medsos isinya 90% ciwiciwi nan cantik jelita. Sisanya cowo, dan itupun cuma temen2 rumah,kantor,sekolah,kampus etc

2. Baper
Yups, scorpio baperan mampus. Cuma kadang ngga di ungkapin. Kalau jomblo digodain dikit kasih kenyamanan juga bakal nempel. Yah mereka tipe cowo cepat move on. Abis putus ada yg deketin, cantik, baik etc udahlah langsung gandengan baru. Yang lama sih ngga dilupain, kadang meski jalan sama cewe barunya sekali dua kali mereka masih sering bertukar kabar, ketemuan. Jeleknya scorpio tuh ginii.. Pftt T.T

3. Ngga peka + cuek
Males banget sama sikap scorpio yang satu ini. Lagi ngambek sms singkat bukannya dibaikin malah dicuekin. Katanya nanti aja chatingan/telfonannya kalau udah ngga bete. Sms singkat padat seperlunyaaa.

4. Humoris
Nah ini yang seru. Kalau lagi kambuh sedengnya bisa ngakak bareng sampe guling2 saking kocaknyaa. Entah ngelawak entah itu kejadian2 lucu pokoknya bikin perut kram.

5. Memendam
Sikap ini yg bikin gue serba salah, kalau ada masalah lebih suka mendem. Luapinnya ke gue, marah lah, dijutekin lah, kadang suka bikin bingung sendiri gue. Mau gini takut salah, mau gitu apalagi

6. Royal
Aduhh cowo lo scorpio ? Orkay ? Udahlah makmur hidup lo. Minta ini itu selagi di dompet ada pasti kebelii. Tapi kalau lagi boke yahh gue juga yang nampung mereka.. Tapi bedanya scorpio yg atu jaim, malu kalau cewe yg bayarin. Nah scorpio yang atu lagi kaga ada jaimnya pisan. Tapi lebih suka yg ngga jaim sih hee..

7. Cinta keluarga
Pacar lo scorpio dan orang tua/keluarganya ngga suka sama lo ? Kelar! Siap siapa aja denger kata "putus" dari mereka, meski kalian udah plaining buat ke jenjang serius. Tiatii, ini pengalaman terpahit soalnya qkwk 😭

Hmmmm, masih banyak sihh tapi males ngetik. Udah ah BHAY!!!!  kapan kapan lanjut lagi part 2 nyaa. Nyahahahah 😘😘

Minggu, 01 Mei 2016

Pengertian Break Even Point

Break Even Point, pernah dengar istilah apa tersebut ?
Pengertian Break Even Point adalah kondisi dalam suatu operasi entitas bisnis tidak menghasilkan laba, pun tidak mengalami kerugian. Dalam bahasa sederhana: IMPAS (pendapatan = beban). Break Even Point seringkali disingkat BEP dalam penyebutannya agar mudah oleh kebanyakan orang.

Break Even Point
Ok, saya kutipkan beberapa pengertian Break Even Point menurut beberapa ahli:

S Munawir | 2002
Titik BEP (Break Even Point) atau juga titik pulang pokok adalah suatu kondisi operasi perusahaan tidak mendapatkan laba dan juga tidak mengalami kerugian (Total Biaya = Total Pendapatan)
Abdullah | 2004
Abdullah menyatakan Analisis BEP yang juga disebut Cost Volume Profit analysis bagi manajemen suatu perusahaan menjadi sangat penting dalam pengambilan suatu keputusan keuangan, yaitu:

  • Untuk menetapkan angka minimal yang harusnya diproduksi oleh perusahaan supaya tidak menyebabkan kerugian
  • Menetapkan target angka penjualan yang harusnya bisa dicapai guna memperoleh laba tertentu
  • Menetapkan penurunan penjualan yang bisa ditoleransi supaya perushaaan tidak mengalami kerugian
Purba | 2002
Purba menyatakan Break Even Point berdasar kepada suatu pernyataan yang sederhana, berapa jumlah unit produksi yang harusnya dijual guna menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut

PS Djarwanto | 2002
BEP adalah suatu kondisi impas yaitu bila telah tersusun perhitungan laba-rugi entitas bisnis pada periode tertentu, dan entitas tersebut tidak memperoleh keuntungan juga tidak mengalami kerugian.

Harahap | 2004
Pengertian BEP menurut Harahap, 2004 adalah suatu kondisi perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menerita kerugian artinya semua biaya biaya yang telah dikelarkan untuk operasi produksi bisa ditutupi oleh pendapatan dari penjualan produk.

Garrison dan Noreen | 2004
Pengertian Break Even Point menurut Garrison & Noreen, 2004 adalah suatu tingkat penjualan yang dibutuhkan untuk menutupi total biaya biaya operasional yang dikeluarkan diamana BEP tersebut adalah earning before interest and tax (laba sebelum bunga dan pajak)

Langka awal dalam penentuan BEP adalah dengan membagi HPP (harga pokok penjualan) dan biaya operasional menjadi biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap merpuakan fungsi waktu, bukan fungsi jumlah penjualan yang umumnya ditetapkan berdasar kontrak, contohnya sewa gedung. Sedangkan biaya variable bergantung secara langsung dengan penjualan bukan fungsi waktu, contohnya beban angkut barang


Analisis Break Even Point

  • Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
  • Syarat-syarat Analisi Break Even Point

a. Harga jual tidak berubah-ubah
b. Seluruh biaya dapat dibagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
c. Biaya variabel bersifat proposional.
d. Jika barang yang diproduksi lebih dari satu jenis, maka komposisi barang yang dijual tidak berubah-ubah.
  • Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
  • Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
  • Kelemahan BEP

  1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
  2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
  3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
  4. Sales mix adalah konstan

Contoh:
Cara simpel menghitung BEP pada usaha kecil

Dengan kondisi bunga deposito yang semakin menurun, tentunya tidak memberikan return yang cukup baik kita untuk meningkatkan daya beli kita akan dana yang kita miliki. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat inflasi yang lebih besar dari bunga deposito.
Bila  kita mencoba untuk  memulai suatu usaha baru dalam rangka untuk meningkatkan return kita (apapun usaha yang kita pilih seperti toko lampu, toko HP, toko stationary, usaha laundry dll), tentunya kita perlu :
1. menghitung-hitung berapa dana yang diperlukan untuk menyewa tempat usaha, membeli perabotan, mempekerjakan karyawan dan hal-hal lain

2. membuat proyeksi :
a. berapa volume penjualan yang perlu diperoleh agar dapat minimal menutup seluruh biaya-biaya timbul. Ini dikenal dengan istilah Break Even Point (Biasa disingkat BEP) dimana seluruh biaya yang timbul sama dengan total penjualan yang diperoleh, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian
b. berapa volume penjualan yang diperlukan agar kita dapat memperoleh laba yang kita targetkan
Untuk dapat membuat proyeksi tersebut tentunya kita perlu mengetahui bagaimana cara menghitung Break Even Point atau yang biasa disingkat BEP.

Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu :
1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali
2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan
3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli

Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :
1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :
                 Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost    Rp.5,000 / unit
Harga jual   Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.200,000
__________  =  40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :
                   Total Fixed Cost
__________________________________   x  Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________  x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000

Sumber :


Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja

  • Pengertian Modal Kerja 
Pada dasarnya modal kerja atau working capital merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang memerlukan pengelolaan dengan baik oleh manajer perusahaan. Setiap manajer harus merencanakan beberapa besar aktiva lancar yang harus dimiliki perusahaan setiap bulan bahkan tahun dan darimana aktiva lancar tersebut harus dibiayai. Oleh karena itu manajer selalu mengelola modal kerja perusahaan agar operasional perusahaan lebih optimal dan efisien.

Menurut Sri Dwi Ari Ambarwati (2010 : 112) “Modal kerja adalah modal yang seharusnya tetap ada dalam perusahaan sehingga operasional perusahaan menjadi lebih lancar serta tujuan akhir perusahaan untuk menghasilkan laba akan tercapai. Adapun modal kerja itu dapat diperoleh dari modal sendiri ataupun dari pinjaman bank”.

Menurut D. Agus Harjito dan Martono (2011 : 74) “ Modal kerja adalah dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari.”

Menurut Kasmir (2011 : 249) “ Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, terutama yang memiliki jangka waktu pendek.”

Menurut Bambang Riyanto (2008 : 351) “ Modal Kerja atau Gross Working Capital adalah Kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar.”

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan H. Basri (2002 : 35) “ Modal Kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. 
  • Konsep Modal Kerja 
Seperti yang dikutip dalam Bambang Riyanto ada tiga konsep modal kerja yaitu:
1. Modal Kerja Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar, sehingga disebut modal kerja bruto karena tidak memperhatikan utang jangka pendeknya. Misal: kas, efek, piutang, persediaan.

2. Modal Kerja Kualitatif
Modal kerja dalam konsep ini adalah semua elemen aktiva lancar dikurangi seluruh utang jangka pendek yang harus dibayar perusahaan.

3. Modal Kerja Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan perusahaan dalam mencapai laba. Misal: kas, piutang dagang, persediaan barang dagang, penyusutan mesin, penyusutan bangunan dan gedung, sedangkan efek baru menjadi modal kerja jika sudah terjual.

Ada 2 konsep secara umum modal kerja Menurut Kasmir (2011 : 251), yaitu :
1. Modal Kerja Kotor (Gross Working Capital)
Adalah semua komponen yang ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja.
2. Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
Adalah seluruh komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar. 
  • Jenis Modal Kerja 
Kebutuhan modal kerja perusahaan ditentukan oleh aktivitas produksi dan kapasitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila kapasitas produksi berubah maka modal kerja yang dibutuhkan juga mengalami perubahan. Menurut AW Taylor modal kerja dibedakan menjadi:
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen berupa barang jadi. Modal kerja permanen dibedakan menjadi:

2. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Adalah modal kerja minimal yang harus dimiliki perusahaan agar dapat terus beroperasi.

3. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan agar dapat beroperasi dalam kapasitas normal.

4. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Adalah modal kerja yang selalu berubah proporsional dengan perubahan kapasitas produksi.

5. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang berubah sesuai perubahan musim atau permintaan. Misalnya permintaan yang besar pada waktu hari raya.

6. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja yang berubah akibat fluktuasi konjungtur. Jumlah modal kerja berubah-ubah sesuai kondisi perekonomian.

7. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja yang berubah sesuai keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan. 
  • Faktor-Faktor yang Memengaruhi Modal Kerja 
Menurut Kasmir (2011 : 254) modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja, yaitu;
1. Jenis Perusahaan
Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu: perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan non jasa. Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa.

2. Syarat Kredit
Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya adalah melalui penjualan secara kredit.

3. Waktu Produksi
Jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama makin waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja maka semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan.

4. Tingkat Perputaraan Persediaan
Tingkat perputaran persediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran persediaan yang cukup tinggi agar memperkecil resiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan.

5. Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apa bila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubung dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan piutang.

6. Pengaruh konjungtur (business cycle)
Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang lebih memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaiknya dalam periode depresi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan menarik piutangnya. Uang yang di peroleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang, atau untuk menutupi kerugian.

7. Derajat risiko
Kemungkinan menurunya harga jual aktiva jangka pendek menurunya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja. Apabila risiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga.

8. Pengaruh musim
Banyak perusahan yang penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan yang di pengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.

9. Credit rating dari perusahaan
Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga, yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai opersinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada: (a) credit rating dari perusahaan (kemampuan meminjam uang dalam jangka pendek), (b) perputaran persediaan dan piutang,dan (c) kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian. 
  • Sumber-Sumber Modal Kerja 
Perubahan unsur-unsur dari laporan neraca dan laporan laba-rugi yang merupakan sumber modal kerja menyebabkan modal kerja perusahaan bertambah. Unsur-unsur tersebut meliputi :
1. Berkurangnya aktiva tetap
Berkurangnya aktiva tetap kemungkinan karena dijual atau karena depresiasi. Penjualan aktiva tetap akan menambah uang kas, sehingga akan menambah modal kerja. Demikian pula depresiasi aktiva tetap. Depresiasi ini merupakan aliran kas masuk yang akan menambah modal kerja perusahaan.

2. Bertambahnya hutang jangka panjang
Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan akan bertambah. Jika kas bertambah, maka modal kerja akan bertambah.

3. Bertambahnya modal sendiri
Jika perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), modal sendiri dapat berupa saham biasa, saham preferen, cadangan-cadangan dan laba ditahan. Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modal sendiri akan mendapatkan uang kas sebagai sumber modal kerja.

4. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan
Keuntungan (laba) yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan merupakan sumber modal kerja karena keuntungan tersebut akan menambah kas. Keuntungan yang menambah kas tersebut adalah keuntungan yang ditahan atau keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan (para pemegang saham). Oleh karena itu, apabila ada kenaikan laba ditahan maka didalamnya terdapat tambahan kas yang merupakan sumber modal kerja. 
  • Penggunaan Modal Kerja 
Perubahan unsur-unsur dari laporan neraca dan laporan laba-rugi yang merupakan penggunaan modal kerja menyebabkan modal kerja perusahaan berkurang. Unsur-unsur tersebut meliputi :
1. Bertambahnya aktiva tetap
Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena ada pembelian. Bertambahnya aktiva tetap karena pembelian memerlukan uang kas, sehingga bertambahnya aktiva tetap tersebut merupakan unsur yang memperkecil kas atau sebagai penggunaan modal kerja.

2. Berkurangnya hutang jangka panjang
Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh tempo atau melunasi hutang jangka panjangnya, maka uang kas perusahaan akan berkurang. Berkurangnya hutang jangka panjang dalam hal,ini merupakan penggunaan modal kerja.

3. Berkurangnya modal sendiri
Seperti obligasi perusahaan membeli kembali saham biasa atau saham preferen maka diperlukan sejumlah kas. Oleh karena itu saham yang berkurang berarti modal sendiri perusahaan berkurang. Berkurangnya modal sendiri tersebut memerlukan kas yang merupakan penggunaan modal kerja.

4. Adanya pembayaran deviden kas
Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham dapat berupa saham, properti maupun kas. Deviden yang dibayarkan dalam bentuk kas akan mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu deviden kas ini merupakan penggunaan modal kerja.

5. Adanya kerugian
Kerugian yang diderita perusahaan akibat dari biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang diterima Kerugian ini harus ditutupi dengan kas oleh perusahaan. Oleh karena itu kas yang digunakan untuk menutup kerugian tersebut merupakan penggunaan modal kerja. 
  • Penyajian Laporan Modal Kerja 
Untuk menyajikan laporan sumber dan penggunaan modal ini, langkah yang perlu dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Mendapatkan laporan keuangan Neraca dan laba/rugi untuk dua periode. Untuk laba/rugi dapat digunakan satu periode;

2. Kedua laporan ini dibandingkan dan dihitung perubahannya, naik turunnya. Biasanya dibuat dalam kertas kerja;

3. Transaksi debit (penurunan utang, modal, dan kenaikan aset yang tidak lancar) merupakan data untuk menunjukkan pos penggunaan dana dan Transaksi kredit (penggunaan aset tidak lancar, kenaikan utang jangka panjang, dan kenaikan modal), merupakan data untuk menyusun penggunaan dana

4. Dalam menyajikan laporan ini biasanya di bawah disajikan juga komposisi modal kerjanya yang merupakan perubahan keseluruhan pos aktiva dan utang lancar. Kenaikan dan penurunannya akan sama dengan kenaikan dan penurunan dana baik dalam arti kas maupun dalam arti modal kerja.


Contoh :



a. Perubahan ke – 1
Pembelian barang (inventory) secara kredit sebesar Rp. 50.000. 


b. Perubahan ke – 2
Pembayaran hutang perniagaan sebesar Rp. 100.000 dengan kas

Dari contoh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah modal kerja harga akn berubah jika ada perubahan dalam non current account (aktiva tetap, hutang jangka panjang dan modal sendiri). Perubahan unsur non current account yang memperbesar modal kerja disebut dengan sumber modal kerja atau sources of work capital. Sedangkan yang memperkecil modal kerja disebut dengan penggunaan modal kerja.

Jika penggunaan modal kerja lebih kecil dibandingkan dengan sumber modal kerja maka hal ini akan mempunyai efek neto yang positif. Sedangkan jika penggunaan modal kerjanya lebih besar maka efek netonya akan memperkecil modal kerja.

Sumber-sumber modal kerja, antara lain :
a. Berkurangnya aktiva tetap
b. Bertambahnya hutang jangka panjang
c. Bertambahnya modal
d. Keuntungan dan operasi perusahaan

Penggunaan modal kerja
a. Bertambahnya aktiva tetap
b. Berkurangnya hutang jangka panjang
c. Berkurangnya modal
d. Pembayaran cash deviden
e. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan



Sumber :





Minggu, 10 April 2016

Analisis Rasio Keuangan

Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu period eke periode berikutnya.

Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17)
Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, melainkan harus diperbandingkan dengan rasio yang lain agar rasio tersebut menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selam periode tertentu, selain itu dapat pula dilakukan dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri.

Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran atau yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “aritmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio banyak sekali, karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.
Menurut Bambang Riyanto (1992 : 329), analisis rasio keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari sebuahperusahaan dari data akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan.

Dalam menggunakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan, yaitu :
• Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan dating dari perusahaan yang sama.
• Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan yang lain yang sejenis.
Dengan demikian manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tegantung kepada kemampuan / kecerdasan penganalisis data menginterprestasikan data yang bersangkutan.

Keuanggulan Dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio ini memiliki keuanggulan disbanding teknik analisis lainnya. Keuanggulan tersebut seperti diuraikan oleh Sofyan Syafii Harahap (1998 : 298) antara lain :
1. Rasio merupakan angka-angka dan ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandarisir ukuran perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaandengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan dating.
Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya.

Adapun keterbatasan analisis rasio menurut Sofyan Syofii Harahap (1998 : 298) ini antara lain :
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya
b. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan analisis ini seperti :
1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran yang dapat dinilai biasa atau objektif.
2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan ( cost ) bukan harga pasar.
3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
d. Jika data yang tersedia tidak sinkron maka akan kesulitan dalam menghitung rasio.
e. Jika dua atau lebih perusahaan dibandingkan teknik dan metode yang digunakan berbeda maka perbandingan dapat menimbulakn kesalahan.

Rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna, namun mempunyai beberapa keterbatasan dan harus digunakan dengan hati-hati. Rasio-rasio tersebut terbentuk dari penfsiran dengan cara menggabungkan beberapa rasio yang ada menjadi suatu model peramalan yang berarti yaitu model yang disebut analisis diskriminan. Analisis diskriminan ini menghasilkan suatu index yang memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam satu kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu, sehingga dengan model ini dapat diukur prospek sutu perusahaan.

Pemakai Rasio Keuangan
Analisis yang berbeda akan memilih jenis rasio yang berlainan, tergantung pada siapa yang menggunakan rasio tersebut. Menurut Budi Rahardjo (1992 : 12) menyatakan bahwa pengguna rasio keuangan dapat dibedakan menjadi :
a. Intern, yaitu manajemen itu sendiri untuk mengetahui perkembangan perusahaan maupun posisi relative terhadap perusahaan sejenis dlam industry yang sama.
b. Ekstern, yaitu dapat dibedakan menjadi :
1. Kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang dapat diklasifikasikan menjadi : krediturjangka pendek dan kreditur jangka panjang. Kreditur jangka pendek merupakan orang atau lembaga keuangan yang member pinjaman kepada perusahaan dalam jangka pendek atau yang pinjam akan segera jatuh tempo (tahun ini). Kreditur jangka pendek ini akan lebih menekankan pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau lebih tertarik pada likuiditas. Kreditur jangka panjang merupakan orang atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman jangka panjang atau memegang obligasi yang dikeluarkan perusahaan. Kreditur jangka panjang akan menekankan pada kelangsungan pembayaran bunga maupun pokok pinjaman. Mereka lebih menekannkan pada likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.
2. Investor atau pemegang saham sebagai tambahan terhadap likuiditas. Penanam modal (pemilik perusahaan) juga memperhitungkan kebijakan perusahaan yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut di pasaran.

Penggunaan Rasio Keuangan
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Namun demikian angka-angka rasio yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok (Munawir, 1992 : 68), yaitu :
a. Penggolonagn berdasarkan sumber data
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio), yaitu rasio-rasio yang disususn dari data yang bersumber atau yang berasal dari neraca.
2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratio), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi.
3. Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data yang berasal dari laporan laba rugi.
b. Penggolongan berdasarkan tujuan penganalisis
1. Rasio likuiditas
2. Rasio solvabilitas
3. Rasio rentabilitas
4. Dan rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisis

Menurut Mamduh M. Hanafi (1996 : 75) rasio keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio aktivitas, yang menunjukkan sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.
3. Rasio solvabilitas, mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
4. Rasio profitabilitas, melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Kesehatan Bank (Rasio CAMEL)
Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank.
Pada tahun 1966. Beaver melaporkan sebuah studi yang membandingkan masing-masing rasio perusahaan bangkrut dengan perusahaan tidak bangkrut yang dilakukannya terhadap kondisi lima tahun sebelum kebangkrutan. Beaver menggunkan pendekatan univariate dimana kemampuan memprediksi kegagalan perusahaan dengan rasio-rasio yang dianalisa satu per satu.
Penelitian lanjutan yang memanfaatkan analisa rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan perusahaan dilaporkan oleh Edward I Altman pada tahun 1968. Altman menggunkan metode Multiple Diskriminant Analysis dengan lima jenis rasio keuangan. Sampel yang digunakan 66 perusahaan yang terbagi dua masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut. Dari hasil studinya, altman memperoleh model prediksi multiple Discriminan Analysis (MDA) sebagai berikut : X = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 +0,99 X5 ; dimana X1 = Working Capital / total aset ; X2 = RE / Total Assets ; X3 = EBIT / Total Assets; X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Debt ; X5 = Sales / Total Assets dan X = Overall Index.
Hasil studi empiris Altman ternyata mampu memeperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan. Untuk dua tahun sebelum kebangkrutan tingkat ketepatannya adalah 72%. Ketepatan model ini telah diujikan terhadap secondary sample (holdout sample) dari perusahaan yang bangkrut (n = 25) dengan tingkat keakuratan 96% dan untuk perusahaan yang tidak bangkrut (n = 66) dengan tingkat keakuratan 79%.
Penelitian lain yang menggunkan rasio-rasio yang merefleksikan CAMEL dilakukan juga oleh Whalen dan Thomson (1988). Dalam penelitian ini digunakan data keuangan untuk mengklasifikasikan bank yang bermasalah dan tidak bermasalah. Dengan teknik logit regression, construct dari modal digunakan untuk memprediksi perubahan rating CAMEL cukup akurat dalam penyusunan rating bank.
Penelitian di Indonesia yang menggunkan rasio keuangan umumnya diarahkan untuk memprediksi perkembangan laba perusahaan. Diantaranya adalah riset Machfoedz (1994) yang bertujuan menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di masa mendatang. Metode yang digunakan untuk memilih rasio keuangan adalah prosedur MAXR. Untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Selain itu studi ini jga menunjukkan bahwa perusahaan besar mempuntai komponen rasio yang berbeda dengan perusahaan kecil apabila rasio keuangan tersebut akan digunkan untuk memprediksi laba masa mendatang.



Sumber : https://dwiermayanti.wordpress.com/2011/06/10/analisis-rasio-keuangan/

Pengertian Rasio Keuangan Beserta Contoh Kasus dan Penyelesaiannya

A.      Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan  untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai kinerja manajemen dalam suatu periode tertentu. 
James C Van Horne dikutip dari kasmir (2008:104) :  definisi rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.   
Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu pula  perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya. Berikut ini adalah bentuk– bentuk rasio keuangan : 
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menganalisa laporan keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio adalah cara analisa dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditujukkan dalam neraca maupun laba rugi. Pada dasarnya perhitungan rasio-rasio keungan adalah untuk menilai kinerja keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.

Menurut Irawati (2005 : 22) rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu  , ataupun hasil-hasil usaha dari suatau perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi. 
Jenis-Jenis Rasio Keuangan 
Menurut Rahardjo (2007 : 104) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu :  
  • Rasio Likuiditas (liquidity ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.  
  • Rasio Solvabilitas (leverage atau solvency ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.  
  • Rasio Aktivitas (activity ratios), yang menunjukkan tingkat efektifitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.  
  • Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (profitability ratios), yang menunjukka tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding penjualan atau aktiva. 
  • Rasio Investasi (investment ratios), yang menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga atau efek, khususnya saham dan obligasi.

B.      Contoh Kasus Analisis Rasio Keuangan
Contoh Kasus yang Pertama
PT Maju Semangat
Laporan Posisi Keuangan
untuk periode yang berakhir tanggal
(dalam miliar rupiah)
                                                                               
Aset                        2012       2011                       Liabilitas  dan Ekuitas          2012       2011     
Aset Lancar                                                           Liabilitas Jangka Pendek    
Kas & Setara Kas    696            58                      Utang Usaha                             307         303
Piutang Usaha        956          992                      Utang Wesel                              26         119
Persediaan             301          361                      Lainnya                                 1.662       1.353
Lainnya                    303          264                     Jumlah                                    1.995       1.775
Jumlah                   2.256       1.675                                    
                                                                           Liabilitas Jangka Panjang      843         1.091
Aset Tidak Lancar                                                                
Aset Tetap Net      3.138      3.358                     Ekuitas                                   2.556       2.167    
Jumlah                   5.394      5.033                     Jumlah                                   5.394       5.033


PT Maju Semangat
Laporan Laba Rugi (Komprehensif)
Tahun 2012
(dalam miliar rupiah)

Penjualan Bersih                                                    5.000  
Beban Pokok Penjualan                                      (2.006) 
Beban Usaha                                                         (1.740) 
Penyusutan                                                               (116) 
Laba Sebelum Bunga dan Pajak                            1.138  
Beban Bunga                                                                   7  
Laba Sebelum Pajak                                                 1.131
Pajak (34%)                                                                 442
Laba Bersih                                                                 689
                                                                               
(dalam rupiah penuh)                                                                        
Laba per Saham (Earning per Share / EPS)            3,61 
Dividend per Share                                                   1,08 

Angka perhitungan di bawah ini untuk tahun 2012 dan disajikan dalam miliar rupiah (kecuali hasilnya)

Ad 1.   Menghitung rasio likuiditas (liquidity ratios) tahun 2012
Current Ratio (Rasio Lancar) = CA / CL = Aset Lancar / Likuiditas Jangka Pendek = 2.256 / 1.995 = 1,13 kali (=113%) artinya 1 rupiah utang (liabilitas) jangka pendek perusahaan dijamin pembayarannya dengan 1,13 rupiah aset lancar. Semakin tinggi nilai rasio lancar ini semakin baik (semakin besar jaminan untuk pembayaran utang jangka pendek perusahaan).
Quick Ratio (Rasio Cepat) = (CA – Inventory) / CL = (2.256 – 301) / 1.995 = 0.98 kali (98%). Artinya 1 rupiah utang jangka pendek perusahaan dijamin pembayarannya oleh 0,98 rupiah aset cepat (kas dan setara kas serta piutang usaha).
Cash Ratio (Rasio Kas) = Cash / CL = 696 / 1.995 = 0.35 kali (35%) artinya 1 rupiah utang jangka pendek perusahaan dijamin pembayarannya oleh 0,35 rupiah kas dan setara kas.
NWC to Total Assets = NWC / TA = (2.256 – 1.995) / 5.394 = 0,05 (5%) menunjukkan jumlah likuiditas jangka pendek perusahaan terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin rendah nilainya menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan yang rendah.
Interval Measure = CA / average daily operating costs =2.256 / ((2.006 + 1.740)/365) = 219.8 hari. Rasio ini menunjukkan seberapa lama perusahaan dapat terus berjalan (contoh kasus : bila perusahaan dilanda pemogokan sehingga arus kas perusahaan menderita ‘kekeringan’). Dalam kasus di atas perusahaan tetap dapat berjalan selama 220 hari atau lebih dari 7 bulan. Bila pemogokan lebih dari 220 hari, maka perusahaan tidak dapat beroperasi lagi. Yang dimaksud dengan daily operating cost mencakup beban pokok penjualan dan beban usaha yang bersifat tunai.

Ad 2.  Menghitung rasio pengungkit (leverage ratios)
Total Debt Ratio = (TA – TE) / TA = (5.394 – 2.556) / 5.394 = 52.61% artinya sebanyak 52,61% aset perusahaan dibelanjai (didanai) oleh dana pinjaman. Semakin besar rasio ini berdampak semakin besar resiko bagi kreditur dalam hal pengembalian pinjamannya.
Debt/Equity = TD / TE = (5.394 – 2.556) / 2.556 = 1,11 kali artinya 1 rupiah dana modal sendiri (ekuitas) diikuti oleh 1,11 rupiah dana pinjaman atau dana pinjaman 1,11 kali dari dana sendiri alias lebih besar dana pinjaman dibanding dana sendiri (ekuitas).
Equity Multiplier = TA / TE = 1 + D/E = 1 + 1,11 = 2,11 kali artinya dengan modal sendiri (ekuitas) sebesar 1 rupiah dapat menghasilkan aset sebesar Rp 2,11. Berarti 1 rupiah ekuitasnya digandakan sehingga menjadi 2,11 rupiah aset.
Long-term debt ratio = LTD / (LTD + TE) = 843 / (843 + 2.556) = 24,80%. Rasio ini menunjukkan seberapa besar sumber dana jangka panjang merupakan modal pinjaman. Sumber dana jangka panjang (dikenal dengan istilah total capitalization) terdiri dari liabilitas jangka panjang dan ekuitas (modal sendiri). Sebagian analis keuangan lebih tertarik kepada pinjaman jangka panjang dibanding pinjaman jangka pendek karena pinajaman jangka pendek kerap berubah di samping utang usaha lebih mencerminkan praktek dagang dibanding kebiajakan manajemen utang.

Ad 3.  Menghitung rasio aktivitas (Coverage Ratios)
Times Interest Earned (TIE) / Interest Coverage Ratio = EBIT / Interest = 1.138 / 7 = 162,57 kali artinya 1 rupiah beban bunga dijamin pembayarannya oleh 162,57 rupiah laba usaha. Artinya memberi kepastian dalam pembayaran bunga bila semakin besar rasionya. Masalah yang dihadapi TIE adalah karena rasio ini didasarkan pada EBIT yang bukan merupakan ukuran dari tersedianya dana tunai untuk membayar beban bunga, karena di dalam EBIT sudah dikurangi beban penyusutan yang merupakan beban non tunai.
Cash Coverage = (EBIT + Depreciation) / Interest = (1.138 + 116) / 7 = 179,14 kali artinya 1 rupiah beban bunga dijamin pembayarannya oleh 179,14 rupiah laba usaha tunai. EBIT + Depreciation dikenaldenganistilah EBITD (dibaca ebbit-dee) atau EBITDA yaitu laba sebelum bunga, pajak dan penyusutan.
Yang dimaksud dengan penyusutan di sini adalah beban non tunai dalam pengertian luas , termasuk di dalamnya adalah depresiasi (penyusutan atas aset tetap), deplesi (penyusutan atas tanah produktif), amortisasi (penyusutan atas aset lain-lain / intangible assets seperti goodwill, trademark, patent, copyrights, organization costs, preoperating expenses, license / franchise fee dll) dan bad debt expenses (beban penghapusan piutang).

Menghitung rasio persediaan
Inventory Turnover = Cost of Goods Sold / Inventory = 2.006 / 301 = 6,66 kali artinya dalam 1 tahun persediaan berputar sebanyak 6,66 kali. Berputar maksudnya sejak persediaan dibeli dan masuk ke gudang sampai persediaan itu keluar kembali saat dijual dihitung satu kali perputaran. Semakin cepat perputaran persediaan, semakin efisen pemanfaatan aset perusahaan berupa persediaan.
Days’ Sales in Inventory (Inventory days on hand) = 365 / Inventory Turnover = 365 / 6,66 = 55 hari artinya lama persediaan berada di gudang selama 55 hari. Semakin lama barang berada di gudang menunjukkan barang tersebut tidak laku dijual.

Menghitung rasio piutang
Receivables Turnover = Sales / Accounts Receivable = 5.000 / 956 = 5,23 kali artinya dalam 1 tahun, piutang berputar sebanyak 5,23 kali. Maksudnya berputar di sini dihitung sejak terjadinya penjualan secara kredit sehingga menimbulkan piutang usaha sampai dilunasinya piutang usaha tersebut. Semakin cepat perputarannya berarti semakin cepat piutang tertagih.
Days’ Sales in Receivables (A/R days collection) = 365 / Receivables Turnover = 365 / 5,23 = 70 hari artinya lamanya piutang usaha tertagih selama 70 hari. Umur piutang ini harus dibandingkan dengan syarat pembayaran. Idealnya umur piutang tidak boleh melampaui syarat pembayaran (term of payment)

Menghitung perputaran total aset
Total Asset Turnover = Sales / Total Assets = 5.000 / 5.394 = 0,93 kali artinya dalam 1 tahun, total aset perusahaan berputar sebanyak 0,93 kali. Sangat tidak umum untuk TAT <1, terutama jika perusahaan memiliki sangat banyak (besar) aset tetap. Karena hal ini berarti ibarat perusahaan mengalami obesitas (kegemukan) sehingga sulit menghasilkan penjualan yang memadai , sampai aset perusahaan tidak dapat berputar bahkan sekali saja dalam setahun.
Capital Intensity Ratio = Total Assets / Sales = 5.394 / 5.000 = 1,08 kali artinya untuk menghasilkan 1 rupiah penjualan diperlukan total aset sebesar 1,08 rupiah.
NWC Turnover = Sales / NWC = 5,000 / (2,256 – 1,995) = 19.16 kali artinya modal kerja perusahaan berputar sebanyak 19,16 kali dalam setahun.
Fixed Asset Turnover = Sales / NFA = 5.000 / 3.138 = 1,59 kali artinya aset tetap perusahaan berputar 1,59 kali dalam setahun. Nilai aset tetap yang digunakan di sini adalah nilai bukunya (book value). Bisa juga digunakan harga perolehan (cost) dari aset tetap. Bila terdapat perbedaan yang besar antara perputaran aset tetap bruto (yakni bila digunakan aset tetap sesuai dengan harga perolehannya) dengan perputaran aset tetap neto (bila digunakan nilai buku aset tetap), hal ini berarti aset tetap perusahaan telah lama disusutkan (lama digunakan) sehingga nilai bukunya menjadi kecil. Hal ini dapat berindikasi bahwa aset tetap perusahaan digunakan secara efisien atau sebaliknya perusahaan tidak melakukan peremajaan aset tetapnya.

Di samping itu dapat pula dihitung rasio seperti Payables Turnover (rumusnya Purchases / Accounts Payable) dan A/P payment’s days (rumusnya 365 / Payables Turnover).
Seluruh angka 365 menunjukkan jumlah hari dalam setahun. Untuk tahun kabisat, maka angka ini diubah menjadi 366 hari.

Ad. 4  Menghitung Rasio Keuntungan (profitabilitas / Profitability Measures)
Profit Margin = Net Income / Sales = 689 / 5.000 = 13,78% artinya laba bersih (bottom line) perusahaan sebesar 13,78% dari nilai penjualan atau 1 rupiah penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,14.
Return on Assets (ROA) Tingkat Pengembalian Aset / Rentabilitas Ekonomis = Net Income / Total Assets = 689 / 5.394 = 12,77% artinya penggunaan 1 rupiah total aset menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,13.
Return on Equity (ROE) = Tingkat Pengembalian Ekuitas (modal sendiri) = Rentabilitas Ekuitas Net Income / Total Equity = 689 / 2.556 = 26,96% artinya setiap 1 rupiah modal yang ditanamkan menghasilkan Rp 0,27 keuntungan bersih.

Ad. 5  Menghitung Nilai Pasar (Market Value Measures)
Harga Pasar = Rp 87,65 per lembar
Saham yang beredar = 190,9 juta
PE Ratio = Price per share / Earnings per share = Rp 87,65 / 3,61 = 24,28 kali artinya harga pasar saham besarnya 24,28 kali dari laba per saham yang dihasilkan.
Market-to-book ratio = market value per share / book value per share = 87,65 / (2.556 / 190,9) = 6,55 kali artinya nilai pasar perusahaan 6,55 kali dari harga bukunya. Nilai pasar di atas nilai buku menunjukkan perusahaan baik.

Formula Du Pont (the Du Pont Identity)
ROE = NI / TE
Kalikan dengan 1 (TA/TA) sehingga menjadi ROE = (NI / TE) (TA / TA)
ROE = (NI / TA) (TA / TE) = ROA * EM
Kalikan dengan 1 (sales/sales) sehingga menjadi ROE = (NI / TA) (TA / TE) (Sales / Sales)
ROE = (NI / Sales) (Sales / TA) (TA / TE)
ROE = PM * TAT * EM
Profit Margin (PM) merupakan ukuran atas efisiensi usaha perusahaan (seberapa baik perusahaan dapat mengendalikan biaya).
Total Aset Turnover (TAT) merupakan ukuran atas efisiensi penggunaan aset perusahaan – seberapa baik perusahaan mengelola asetnya.
Equity Multiplier (EM) merupakan ukuran atas tingkat pengungkit keuangan perusahaan.
Dengan demikian menurut Du Pont, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity / ROE) tergantung seberapa jauh perusahaan berhasil mengendalikan biayanya, seberapa baik perusahaan mengelola asetnya dan seberapa besar angka pengganda ekuitas (seberapa besar perusahaan menggunakan modal sendiri/ekuitas).
Pada contoh di atas :
ROE = ROA x EM = 12,77% x 2,11 = 26,96%
Atau
ROE = PM x TAT x EM = 13,78% x 0,93 x 2,11 = 26,96%

Contoh Kasusu Kedua

PT ABC mempunyai laporan rugi laba dan neraca tahun 1995-1996.
Laporan rugi laba PT. ABC

             AKHIR
TAHUN

         1996
     1995
    Penjualan
    Harga pokok brg dijual
    Laba kotor
    Biaya pemasaran adm dan     
    umum
    Laba sbl bunga dan pajak
    Biaya bunga
    Laba sbl pajak
    Laba stl pajak
    Deviden
    Laba untuk saham biasa
    Alokasi laba ditahan
    Dividen
Rp 3.405
     2.041
     1.368
        812
        552
          31
        521
        193
        328
          10
        318
        291
          27
Rp  3.100
1.900
1.200
780
420
39
381
141
240
10
230
200
30



Neraca PT ABC
Aktiva
1996
1995
Utang & modal  
     pemilik
1996
1995
Aktiva lancer
Kas & Surat bhrg
Piutang dgng
sediaan
Lain-lain
Total

Aktiva tetap
Gedung,tanah & perleng’an
Dikurangi akumulasi
Defresiaisi
Lain-lain
total

Total Aktiva

260

596
471
  61
1,388


498



(152)
139
485

1.873

120

522
587
52
1.281


398



(105)
136
429

1.710
Utanglancar
Utang dagang
Utang bank
Utang akrual
Total utang lancer
Utang jk panjang & lain-lain
Total utang
Saham priferen
Saham biasa
Capital again
Laba ditahan
Total modal pemilik


Total utang dan modal pemilik

109
136
176
421
120


541
10
87
1235
1332




1873


301
166
148
615
61


676
10
80
944
1034




1710


A.1. RASIO LIKUIDITAS
          Likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi dan likuiditas menunjukan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendek yang dimiliki (Brealey, Myer and Marcus, 1995). Dua faktor yang digunakan dalam rasio untuk mengukur likuditas perusahaan aktiva lancar dan utang lancar, yang disebut likuid adalah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan jika tidak mampu disebut ilikuid.
        Suatu keadaan likuid pada perusahaan berarti mengalami kerugian bagi  kreditur dan bagi pihak managemen , Rasio likuiditas menunjukan efisinsi modal kerja yang ada.
1.  Current Ratio
Curren ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar , Current ratio disebut juga working capital ratio :
Contoh : PT ABC
Carrent ratio = Aktiva lancer / utang lancer =1388:421 = 3.30
        Current ratio menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang harus segera dipenuhi dan current ratio merupakan ukuran yang paling umum kesangggupan perusahaan untuk membayar jangka pendek.

2.  Cash Ratio (Ratio of immediate solvency)
Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas dan suratberharga hal yang menyebabkan laporan keuangan perlu dilihat cash ratio.
                         Kas + surat berharga
Cash Ratio   =   ---------------------------
                              Utang lancer
       Cash ratio menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan kas yang ada dansurat berharga yang segera dapat diuangkan. 
3.  Quitck Ratio (Acid test ratio)
Yang dapat digunakan untuk mendapatkan kepastian yang lebih besar daripada current ratio dlm mengukur perusahaan adalah quick ratio, dlm quick ratio hanya menggunakan beberapa elemen aktiva lancar yaitu kas, piutang dan suratberharga :
                        Aktiva lancar-sediaan
Quick ratio=  ----------------------------------------------
                              Utang lancar 
4.  Net Working Capital To Total Asset Ratio
Aktiva lancar adalah aktiva yang oleh perusahaan diharafkan dapat berubah menjadi kas dlm jangka pendek, utang  lancar adalah semua kewajiban perusahaan yang jangka pendek harus dipenuhi. perbedaan antara utang lancar disebut Net working capital to asset ratio dan ini digunakan untuk menentukan kebijakan investasi dan dana yang diperoleh.
Net working capital to total asset rati =  Aktiva lancer-utang lancar
                                                                                  Aktiva tetap
Persh PT “ABC”  1996     =1.388-421
                                                 1.873
                                             = 0,52
5. Interval Measure (Defensive interval ratio)
Interval measure menghubungkan antara defensive asset dengan taksiran rata-rata pengeluaran kas untuk operasi dalam setiap harinya. Interval measure memberikan informasi kepada para kreditur untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menutup biaya minimum rutin yang dibutuhkan dalam kegiatan  operasi yang paling utama.
Interval measure = Kas+Surat berharga+Piutang
                                  Taksiran rata-rata pengeluaran

Untuk perusahaan PT”ABC” =       260+596
                                                      (2041+812)/365
                                                   = 109,5 Hari 
A.11.  RASIO LEVERAGE
Rasio leverage digunakan untuk mengukur besarnya dana untuk menanam modal oleh para pemilik dengan proposinya dengan dana yang diproleh dari para kreditur perusahaan (Brealey, Myer and marcus, 1995). Rasio-Rasio leverage dihitung dengan dua cara : pertama, risiko utang diukur dari sudut laporan rugi laba. kedua, data neraca diamati dan digunakan untuk dapat mengetahui jumlah dana dan proporsi pinjaman yang digunakan perusahaan.
1.  Total Debt to Total Capital Asset Ratio (Debt Rasio)
Rasio ini membandingkan antara jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki prusahaan. Biasanya para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio utang dari perusahaan yang diberi kerdit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur diwaktu likuiditas.
Debt Rasio =  Total Utang
                        Total Aktiva
Untuk  perusahaan ABC   = 541/ 1.873    = 0.283
2.  Total Debt to Equity Ratio
Rasio ini membandingkan total utang dengan total modal pemilik (ekuitas) digunakan untuk mengetahui berapa bagian modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang lebih besar dibandingkan dengan modal pemilik.
Debt to equity ratio =  Total Utang
                                      Modal pemilik
3.  Long Term Debt To Equity Ratio
Rasio ini membandingkan antara utang ajngka panjang dan modal pemilik, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal pemilik untuk menutup utang janka panjang semakin rendah rasio semakin aman bagi kreditur.
Long term debt to equity ratio = Utang jangka panjang                     
                                                                 Modal pemilik 
4.  Tangible Asset Debt Coverage
Rasio ini membandingkan antara aktiva tidak berwujud (setelah dikurangi utang lancer) dan utang jangka panjang dan rasio ini  meninjukan kamampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang setelah melunasi jangka pendek.
Tangible Asset debt Coverage :
= Aktiva-aktiva tidak berwujud-utang lancar
                    Utang jangka panjang 
5.  Time Interest Earned (Interest Coverage)
Rasio ini membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak dan utang jangka panjang, rasio ini menunjukkan seberapa jauh laba sebelum bunga dan pajak dapat berkurang untuk membayar untuk membayar bunga utang jangka panjang.
Time interest earned = Laba sebelum bunga dan pajak
                                                   Bunga utang
 6.  Debt Service Coverage
Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan untuk memenuhi beban tetapnya dengan memasukan unsur pembayaran pokok atau cicilan pokok pinjaman.
Debt Service Coverage =                Laba sebelum bunga dan pajak
                                 Bunga utang jangka panjang+ biaya sewa + Angsuran pokok pinjaman
7.  Earning Variabiliti
Jumlah beban utang yang besar akan menjadi masalah besar jika terdapat ketidak pastian risiko pada laba dimasa yang akan datang, Semakin tinggi paribelitas perusahaan menunjukan ketidak pastian diperoleh laba pada perusahaan. 
Earning Variability =  Strandar Deviasi (EBIT-EBIT)
                                                Rata-rata EBIT
  A.111.  RASIO AKTIVITAS
Rasio aktvitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh efektivitas penggunaan dana yang digunakan perusahaan (Horne and Wachowicz, 1995).
1.  Total Operating Asset Turnover
Total aktiva yang bekerja adalah rasio yang membandingkan antara penjualan bersih dan seluruh aktiva yang digunakan dalam suatu periode.
Total operating asset turnover =    penjualan bersih
                                                                   total aktiva
Untuk perusahaan ABC tahun 1996 = 3.405 / 1873 = 1818
 2.  Receivables Turnover
Receivables ini adalah rasio yang membandingkan antara penjualan kredit bersih dan piutang dagang rata-rata atau piutang akhir periode. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang tertanam dalam piutang berputar dalam periode tertentu.

Perputaran piutang = Penjualan kredit bersih
                                                  rata-rata
Untuk perusahaan PT “ABC” tahun 1996
        3.405**)        =             6,09    
                                       (596 + 522)/2
3. Average Collection Periode
Average collection periode / rata-rata periode pengumpulan piutang  digunakan untuk menghitung waktu atau hari rata-rata dana tertanam dalam piutang.
Average collection periode =                 360 hari
                                                perputaran piutang dagang  
                                          
                                        =  360 hari . piutang dagang rata-rata
                                                    Penjualan kredit bersih
4. Perputaran sediaan
Perputaran sediaan ( Inventory ) membandingkan antara harga pokok barang dijual dan sediaan rata-rata atau sediaan akhir periode.
Perputaran sediaan  =             penjualan bersih barang dagangan     
                                                      rata-rata sediaan pada harga jual       
5. Average Day’s Inventory
Ialah hari rata-rata sediaan atau hari rata-rata disimpan, menunjukkan hari rata-rata dana tertanam dalam sediaan.
Average Day’s Inventory =        Sediaan Rata-rata x 365 hari
                                                         Harga Pokok Barang Dijual
Inventory Rata-Rata =               Sediaan Awal + Sediaan Akhir
                                                                              2
6. Net Working Capital Turnover
Perputaran modal kerja neto ialah rasio yang membandingkan antara penjualan bersih dan modal kerja (neto).
Net Working Capital Turnover =          Penjualan Bersih
                                                 Rata-rata Modal Kerja Bersih
7. Fixed Assets Turnover
Perputaran aktiva tetap ialah rasio yang membandingkan antara tingkat penjualan bersihdan aktiva tetap bersih.
Fixed Assets Turnover =             Penjualan Bersih
                                                      Aktiva Tetap Bersih
A.IV.  RASIO PROFITABILITAS
Rasio profitabilitas menunjukan hasil akhir yang telah dicapai dari berbagai kebijakan dan keputusan yang telah diambil (Brealey, Myer, Marcus. 1995)
1.  Gross Profit margin
Merupakan perbandingan antara laba dan penjualan bersih, rasio ini menunjukan berapa bagian dari penjualan yang merupakan laba kotor.
Gross Profit Margin  =     Laba kotor
                                       Penjualan bersih
Pada Perusahaan ABC   = 1364/3405  = 0.4
laba kotor= penjualan bersih-harga pokok barang jual
2.  Operating income Ratio (Opearting profit margin)
Rasio ini membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak dan penjualan bersih.
Perating income ratio = Laba sebelum bunga dan pajak
                                                     Penjualan bersih
3.  Operating Ratio
Merupakan rasio yang membandingkan antara semua biaya operasi (Harga pokok penjualan + Biaya pemasaran + Biaya adm) rasio ini menunjukan berapa bagian biaya yang digunaka untuk biaya operasi.
Operating ratio         =              Biaya operasi
                                                     penualan bersih
4.  Net Profit Margin
Adalah ratio yang membandingkan  antara laba setelah bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk menunukan berapa besar bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba stl bunga dan pajak.
 Net Profit Margin       =    Laba setelah bunga dan pajak
                                                      penjualan bersih
 5.  Earning Power Of Total Inverstmen
Earning power of total inversment adalah rasio yang membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak, Rasio ini menunjukan tingkat pengendalian dari investasi yang telah ditanam sebelum bunga dan pajak.
 Earning power of total inversment= Laba sebelum bunga dan pajak
                                                                    Jumlah aktiva yang bekerja 
 6.  Net Earning Power Ratio
Adalah rasio yang membandingkan laba setelah bung adan pajak setelah bunga dan pajak dengan jumlah aktiva kerja.
Net Earning Power Ratio = Laba setelah bunga dan pajak
                                                  Jumlah aktiva yang bekerja
 7.  Rate of Return For The Owners
Adalah rasio yang membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal pemilik.
  Rate of Return For The Owners =   Laba bersih
                                                             Modal pemilik

Sumber :