“ada yang bisa saya
bantu nona ?” sapa sang pelayan ramah menyambut kedatangan ku
“saya sedang mencari Wuthering Heights nya Emily Bronte
cetakan 2011. Ada ?”
“akan saya carikan, mohon tunggu sebentar.” Sang pelayan pun berlalu meninggalkanku.
kembali kutelusuri lorong-lorong toko buku mungil ini. Tak ku biarkan pandanganku lepas dari buku-buku yang tersusun rapi dalam rak, seakan aku bisa mendengar teriakan-teriakan mereka yang memanggil namaku memohon untuk segera menggapai dan membuka tiap-tiap lembarannya. Ah, aku makin bisa gila jika berlama-lama disini.
“akan saya carikan, mohon tunggu sebentar.” Sang pelayan pun berlalu meninggalkanku.
kembali kutelusuri lorong-lorong toko buku mungil ini. Tak ku biarkan pandanganku lepas dari buku-buku yang tersusun rapi dalam rak, seakan aku bisa mendengar teriakan-teriakan mereka yang memanggil namaku memohon untuk segera menggapai dan membuka tiap-tiap lembarannya. Ah, aku makin bisa gila jika berlama-lama disini.
“maaf nona, buku yang anda cari sudah tidak di terbitkan
lagi. Mungkin anda bisa mendapatkannya di toko buku-buku bekas yang ada
diujung seberang jalan ini” tiba-tiba suara pelayan mengagetkanku yang sedak asik berseluncur
dengan hayalan-hayalan fantasi ku.
“Oh,Baik lah terimakasih”
Dengan wajah kecewa ku langkahkan kaki
keluar dari toko buku mungil ini.
Ku hembuska nafas panjang “ huuuuh.” “ harus mencari kemana lagi, ini sudah toko buku terakhir yang aku kunjungi” . ku dongakkan kepalaku keatas, kutatap langit biru yang dihiasi awan-awan kecil dengan bongkahan matahari yang bersinar terik membakar kulit tiap-tiap insan yang berada dalam radar pancaranya.
“aw!” pekikku secara tiba-tiba. Kurasakan tubuhku terhempas
beberapa kaki dari tempat berdiriku semula. Ada sesuatu yang besar yang
menghujamku dari arah belakang. Entah apa yang jelas itu sangat menyakitkan.
“maaf nona, saya tidak bermaksud menabrak anda. Saya sedang
terburu-buru. Saya tidak menyadari keberadaan anda disini”
ku putar arah tubuhku menghadap sumber suara itu.
Deg. Seketika waktu terasa berhenti. Jantungku pun terasa ikut berhenti. siapa dia ? malaikat kah ? kenapa wajahnya begitu rupawan ? bersinar.
“nona, anda tidak papa ?” di kibas-kibaskan tangannya di depan wajahku.
ku putar arah tubuhku menghadap sumber suara itu.
Deg. Seketika waktu terasa berhenti. Jantungku pun terasa ikut berhenti. siapa dia ? malaikat kah ? kenapa wajahnya begitu rupawan ? bersinar.
“nona, anda tidak papa ?” di kibas-kibaskan tangannya di depan wajahku.
Aku tersadar.
“oh, maaf. Ah, iya saya baik-baik saja” lidahku seketika kelu, mengapa ? apa yang terjadi ? mengapa aku begini ?
“oh, maaf. Ah, iya saya baik-baik saja” lidahku seketika kelu, mengapa ? apa yang terjadi ? mengapa aku begini ?
“syukurlah. Sekali lagi saya minta maaf nona,” sapanya sembari membungkukkan badannya. Dan berlalu.
Dia berlalu melewatiku. Berjalan dengan langkah yang
terburu-buru. Dengan ransel dipunggungnya dan sebuah kamera tergantung
dilehernya.
Mungkin dia seorang jurnalis atau photograper yang sedang
berburu moment-moment terbaru untuk di abadikan. Tapi dimataku dia tetep
menduduki posisi malaikat. Malaikat yang aku yakin tuhan kirimkan untukku. Yah
begitulah kira-kira inginku.
Sudah seminggu sejak pertemuan ku dengannya didepan toko buku
mungil itu.
Dan sejak itu pula hari-hariku menjadi terasa berbeda. Wajah
rupawannya selalu menyapaku di setiap saat. Entah sudah berapa lembar klise
wajahnya yang sudah aku gambar. Yah, inilah kegiatan sehari-hariku sekarang.
Ah. Andai aku bisa bertemu lagi dengannya.
Waktu menunjukkan pukul 15.00 wib.
Aku bangkit dari kursi kerjaku. Melangkahkan kaki dengan gontai menuju dapur. Perutku terasa perih. Mungkin cacing-cacing dalam perutku sudah meronta meminta jatah yang seharusnya sudah iya dapatkatkan sejak 7 jam yang lalu. Kubuka pintu lemari es dengan perlahan.
Aku bangkit dari kursi kerjaku. Melangkahkan kaki dengan gontai menuju dapur. Perutku terasa perih. Mungkin cacing-cacing dalam perutku sudah meronta meminta jatah yang seharusnya sudah iya dapatkatkan sejak 7 jam yang lalu. Kubuka pintu lemari es dengan perlahan.
Shit!
Persediaan makananku sudah habis. Hanya tersisa sebotol air
mineral dan sepotong ayam kecil yang itupun sudah entah dari jaman kapan aku
membelinya.
Dengan malas ku ambil sweter dan dompet di atas meja kerja.Namun ketika hendak melangkah aku terkejut, tidak percaya dengan apa yang ku
saksikan sekarang. Tamparan-tamparan
kecil ku daratkan dipipiku. Hanya sekedar ingin membuktikan bahwa yang kulihat
bukanlah mimpi, ini nyata. Sungguh!
Tak sedetikpun tatapanku kulepas dari balik jendela. Tubuhku mematung.
Tak berniat sedikitpun untuk kugerakkan.
Malaikatku.
Ternyata disitu rupanya kau tinggal. di apartemen sebelah di
lantai yang sama denganku. Kamarku dan kamurmu berhadapan . takdirkah ini ?
Sekarang Dari balik jendela ini aku bisa melihatmu setiap
hari. Setiap kau membuka tirai jendela membuatku leluasa mengamatimu. Melihat
keseharianmu. Dan kegiatan-kegiatan yang bahkan orang lain tidak tau.
Sudah hampir setahun aku meneropong mu. Mengikuti perkembangan hidupmu. Hingga sudah terekam jelas di otak ku jadwal-jadwal sehari-harimu.
Aku selalu
melihatmu disini. Memandangmu secara sembunyi. Jarak menjadi pembatas di antara
kita. Kau yang cerianya berbincang di sana dan aku yang selalu bahagia,
tersenyum melihat tingkahmu disini.
Sadarkah
kau ada sepasang mata yang selalu memerhatikankmu. Melihatmu dalam sembunyi.
Selalu mengagumimu dalam hati.
Jendela ini
adalah saksi. Ruangan ini adalah sahabatku. Tempat aku berbagi segala
perasaanku padamu. Jika ada pengadilan yang mempertanyakan perasaanku. Mereka
dengan setia akan bungkam dari bermacam pertanyaan. Karena mereka tau, perasaan
ini akan jauh lebih istimewa bila kau tidak mengetahuinya. Aku mengagumimu mungkin
tanpa bisa memilikimu.
Aku selalu ingin memelukmu dan menemanimu ketika kau harus
bertempur dengan tugas-tugasmu dari balik layar komputermu. Kau terlihat sangat
kelelahan.
Aku ingin menyambut pagimu dengan kopi hangat dan roti bakar
kesukaanmu. Aku tak tega melihatmu harus menyiapkannya seorang diri ditengah kesibukanmu.
Aku ingin menyanyikan lagu penghantar tidur dimalam mu agar
kau bisa tidur dengan nyenyak tanpa memperdulikan tugas yang mebuntutimu setiap
hari.
Pada
jendela ini, entah berapa ratus kali aku memandangmu dan bermain-main dalam
ilusiku. Membayangkan yang berbincang-bincang dan bercanda itu adalah aku.
Betapa bahagianya. Namun aku pengecut, hanya mampu memandangmu di balik kaca
ini.
Dan lagi, Dari balik jendela Aku melihatmu hari ini. Indah seperti biasa. Mengenakan
kemeja biru dan jins hitam yang menjadi warna faforitmu.
Tiga tahun berlalu, malaikatku. Kau tetap satu-satunya lelaki
yang membuatku sabar dan tetap menunggu. Menunggu kau melihat keberadaanku
Mereka bilang mustahil. Barangkali ada benarnya.
Tapi bukankah Tuhan adalah tempat bagi semua kemustahilan ?
Maka dalam diam harapan kujahit. Suatu hari aku akan di sisimu, saat matahari terbit.
Aku tidak menyalahkan jika tak ada yang percaya bagaimana aku
sebagai wanita yang memiliki kebutuhan bisa tetap sendiri dan tidak tergoda
macam-macam.
Kesalahan mereka adalah mengira aku sendiri. Mereka tidak memahami wajahmu yang menyapaku setiap pagi di komputerku. Mereka tidak melihat fotomu yang terselip di dompetku, meski lusuh dan berukuran sangat kecil.Maafkan aku mengambilnya tanpa meminta. Mereka juga tidak tahu sosokmu yang terlukis di dalam hati dan tak pernah pudar, meski bertahu-tahun telah berlalu.
Dari jauh kulihat engkau bahagia dengan kehidupanmu. Itu membuatku senang, meski di satu sisi menorehkan luka.
Kesalahan mereka adalah mengira aku sendiri. Mereka tidak memahami wajahmu yang menyapaku setiap pagi di komputerku. Mereka tidak melihat fotomu yang terselip di dompetku, meski lusuh dan berukuran sangat kecil.Maafkan aku mengambilnya tanpa meminta. Mereka juga tidak tahu sosokmu yang terlukis di dalam hati dan tak pernah pudar, meski bertahu-tahun telah berlalu.
Dari jauh kulihat engkau bahagia dengan kehidupanmu. Itu membuatku senang, meski di satu sisi menorehkan luka.
Untunglah,
Pada malam-malam, engkau milikku.
Meski dalam mimpi yang kata orang semu.
Pada malam-malam, engkau milikku.
Meski dalam mimpi yang kata orang semu.
Karna pada dunia nyata. Kau milik mereka. Milik orang-orang
disekitarmu yang juga memperdulikanmu.
Dan...
Hari ini adalah hari
pernikahanmu. Hari bahagiamu. Hari yang kau tunggu-tunggu semasa hidupmu.
aku terut bahagia,
aku terut bahagia,
Kau terlihat tampan
dengan jas abu-abu itu. Wanitamu juga terlihat begitu cantik dibalut gaun putih
hasil desainmu sendiri. Betapa beruntungnya dia bisa bersanding denganmu
dipelaminan itu.
Aku ingin hadir dipesta
suka citamu. Tapi kau tak mengundangku.
Mengundang ku ? Haha, Lucu. Kau bahkan tak mengenalku.
Biarlah. Aku lebih senang memandangmu dari sini. Di tempat biasa. Di balik jendela.
Jangan khawatir. Aku
takkan menangis. Justru akan ku berikan senyum termanis ku untuk mu.
Terimakasih Tuhan, kau
telah hadirkan satu cinta yang abadi. Yang akan kunikmati sendiri. Dalam diam
rasaku takkan pernah mati. Meski terkikis waktu dan usia. Bentuknya akan tetap
sama,seperti pertama kali kita bertemu di depan toko buku mungil itu.
Selamat menempuh hidup
baru
Dan aku akan tetap pada
aktifitasku. Mengamatimu dari balik jendelaku ;”)
"Kau pasti tahu sakitnya cinta yang tak terkatakan. Cinta yang hanya mampu didekap dalam bungkam."
5 komentar:
"Jangan khawatir. Aku takkan menangis. Justru akan ku berikan senyum termanis ku untuk mu"
:") Nice!
sebagian terinspirasi dari flower boy next door kah vie? hehehe
tapi sad ending... uma heh, masa seumur hidupnya, iinya kytu trus... mengamati lewat jendela...
Aku belum nonton dramanya beb -.- huhuhu
Haaaahaa itulah cinta sejati. Kqkwkq
Makasih sayang {}
How to win at LuckyClub Casino - Lucky Club
To win big, players have to go all in. This is the perfect casino site for you to luckyclub.live make your first deposit and play on all your favorite slots.
Posting Komentar