Jumat, 01 Mei 2015

Lunch Bag

Kesadaran pola hidup sehat yang akhir-akhir ini mewabah di kalangan masyarakat perkotaan, terutama jenis makanan yang dikonsumsi, mencipakan sebuah tren baru, yaitu membawa bekal dari rumah, mulai dari anak sekolah, karyawan, hingga eksekutif. Apalagi, dengan kondisi perekonomian saat ini yang jauh dari kata sejahtera, ditambah sebentar lagi harga BBM naik yang diikuti harga-harga komoditi lain ikut naik, tentu pilihan paling bijak dan murah adalah membawa bekal dari rumah. Tren ini memberikan peluang usaha yang menjanjikan bagi pelaku usaha, seperti produsen lunch bag atau tas bekal. Benar saja, beberapa pelaku usaha yang diliput Peluang Usaha dengakui besarnya untung yang didapat dari usaha yang sedang naik daun ini. Omset ratusan juta bisa diraup dengan keuntungan lebih dari 60 persen. Seperti apa prosepeknya ke depan?
Budaya serba instan ternyata tidak serta merta menjadikan masyarakat perkotaan mengabaikan pola hidup sehat. Sudah menjadi pemandangan yang lumrah, di angkutan umum, kendaraan pribadi, di sekolah-sekolah, perkantoran, orang menenteng tas bekal. Ada yang membawa bekal dengan wadah plastik biasa, lunch box , hingga yang sedang marak saat ini lunch bag yang terlihat modis dan stylish. Lunch bag agak berbeda dengan lunch box yang bentuknya hanya seperti kotak dan dibawa dengan cara dijinjing. Lunch bag , layaknya tas pada umumnya, memiliki bentuk yang beragam, mulai dari persegi, oval, hati ( love ), hingga bentuk ransel yang bisa diselempang atau dipikul di punggung. Lunch bag juga bisa diisi barang-barang lain, seperti berkas kerja, peralatan kosmetik, atau pun perlengkapan sekolah, tidak seperti lunch box yang khusus hanya untuk makanan.
Pasar terbesar produk lunch bag ini adalah anak-anak sekolah, diikuti para karyawan kantor, baik swasta maupun pegawai negeri sipil (PNS), yang tentu saja demi menjaga kesehatan dan menghemat
pengeluaran. Karena anak-anak rata-rata agak sulit dan tidak mau membawa bekal, maka berbagai cara dilakukan orangtua agar anaknya mau membawa bekal. Di sinilah peran pelaku usaha yang harus memberikan solusi kepada para orangtua. Seperti Novita Puspasari, pemilik VITO GIFTS, mencipatak lunch bag dengan model dan desain yang disukai anak-anak, misalnya bergambar tokoh kartun kesayangannya. Cara seperti ini dapat memengaruhi anak-anak agar lebih memilih membawa bekal dari rumah dibandingkan jajan di luar, karena tas bekal yang dibawanya bisa disesuaikan dengan tokoh favoritnya. Contoh, anak laki-laki lebih memilih tas bekal mobil-mobilan, sedangkan anak perempuan lebih memilih tas bekal Frozen atau Shopia atau Masha.

Saat ini lunch bag yang sedang menjadi tren dan banyak dicari masyarakat salah satunya adalah lunch
bag bergambar Frozen yang sangat laku karena film-nya baru ditayangkan di bioskop. Meskipun lunch bag sudah ada sejak lama tetapi menjadi booming kembali karena menghadirkan desain dan karakter terbaru. 

Bahan 
Bukan hanya model dan desain yang modis dan stylish mengikuti tren, pelaku usaha juga harus memerhatikan bahan baku lunch bag yang digunakan. Karena berhubungan dengan makanan, maka standar keamanan, keseharan, dan kenyamanan harus terjamin. Bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk lunch bag cukup beragam, seperti imitasi PU/PVC, mika, kulit jeruk, oscar, D300, D600, parasit, dolby, canvas, parasit impor dan parasit lokal. Misalnya, bahan parasit impor mudah dibersihkan dan anti air, selain itu bisa menyimpan suhu panas dan dingin selama tiga jam. Pemilihan bahan baku yang tepat sangat mendukung kemajuan usaha dan menjaga kepercayaan pelanggan.
Pemasaran
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memasarkan lunch bag ini. Promosi ke sekolah-sekolah atau perkantoran sangat tetap sasaran, misalnya dengan menjadi sponsor acara-acara yang diadakan di sekolah. Pengamat marketing, Bambang Wahyu Purnomo menambahkan, perkembangan media cetak, elektronik dan social media saat ini sangat pesat, tentunya membawa dampak positif bagi perkembangan tren marketing. Atau bisa juga langsung menawarkan produk ke perusahaan-perusahaan seperti Tupperware sebagai alat promosi produk. 

Omset 
Melihat tren semakin banyak orang membawa bekal dari rumah saat ini, permintaan akan tas bekal terus meningkat. Dengan semakin luasnya pemasaran, tak mengherankan setiap bulan Carolina
Sutjiadi mampu memproduksi hingga 500 lunch bag , dengan omset Rp 50 juta dan keuntungan tidak
kurang dari 50%. Demikian juga dengan Karina yang mendapatkan 25-30 client setiap bulan dengan jumlah produk sekitar 1.000 pcs, atau omset sebesar Rp 150juta dan keuntungan bersih lebih dari 60%.

0 komentar:

Posting Komentar